Maghfurlah KH. Nawawi Abdul Aziz Al-Hafidz Dan Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaf |
Beliau guru kami tercinta, Al-Maghfurlah KH. Nawawi Abdul Aziz Al-Hafidz, pendiri pondok pesantren An-Nur, Ngrukem, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pondok yang kini megah dan lengkap jenjang pendidikan formalnya, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Lengkap pula pendidikan non-formalnya mulai dari TPQ, Madrasah Diniyah/Kitab Salaf hingga Tahfidzul Qur'an. Beliau Simbah Nawawi lahir pada tahun 1925 di Kutoarjo dan sedo (wafat) pada 24 Desember 2014.
Simbah Nawawi, begitu kami para santri mengenal beliau, ulama ahli Al-Qur'an dari Yogyakarta. Ulama yang sederhana, bukan hanya ahli Al-Qur'an namun juga ahli fikih, tauhid dan tashawuf. Tak salah jika guru kami adalah ulama yang mutafannin atau menguasai banyak ilmu keislaman.
Sangat bersyukur kami nyantri dan ngangsu kaweruh kepada beliau, sebuah kenikmatan yang tiada tara. Bimbingan dan setoran hafalan Al-Qur'an bersama beliau, menyelami samudera Al-Qur'an yang luas, ngaji tafsir dan tashawwuf. Hingga kami diajarkan ilmu fikih yang beliau karang melalui lirik lagu atau nadzaman.
Simbah Nawawi adalah guru teladan yang luar biasa. Berikut keteladanan simbah Nawawi yang akan selalu kami kenang dan kami contoh:
1. Kesederhanaan
Simbah Nawawi adalah sosok yang sederhana, baik ucapan, pakaian dan sikapnya. Ulama yang ahli Al-Qur'an tidak akan berlebihan dalam memandang dunia. Sebagai ulama yang menguasai tashawuf, sudah tentu sikap zuhud dan wara' nampak dalam kehidupan beliau. Beliau sering mengenakan pakaian putih. Beliau berulang kali mengingatkan santri untuk tidak terlalu banyak jajan sehingga melupakan tugas utamanya sebagai santri.
2. Istiqamah
Guru kami adalah sosok yang sangat istiqamah. Teringat saat beliau membimbing kami dalam menghafal Al-Qur'an setiap ba'da maghrib dan isya', menerima setoran hafalan atau deresan setiap ba'da shubuh 3 juz bersama santri. Shalat maktubah beliau selalu bersama santri dimushala. Walau beliau pulang dari ceramah diberbagai tempat yang jauh hingga dini hari, beliau tetap shalat shubuh berjamaah dan membimbing deresan bersama santri.
3. Kesabaran
Beliau sosok yang luar biasa sabar. Tanpa bekal kesabaran tidak akan mungkin mampu membimbing ribuan santri yang tersebar dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan bahkan ada yang dari Malaysia. Simbah Nawawi mewarisi dakwah yang diajarkan oleh ulama pendahulu. Mempraktikkan akhlak dari kitab suci.
4. Mencintai NU
Dakwah guru kami tidak pernah meninggalkan NU. Simbah Nawawi pernah memegang amanah sebagai Mustasyar PWNU DIY. Simbah Nawawi dan poro dzuriyat senantiasa menanamkan kecintaan pada NU. Amaliyah santri sangat kental dengan nuansa ke-NU-an.
Jelas bahwa beliau dakwah dalam koridor yang benar, mengikuti ulama Aswaja sebagai kelompok mayoritas umat Islam. InsyaAllah, melanjutkan dakwah beliau berarti melanjutkan dakwah ulama pendahulu, ulama pendiri NU dan diakui sebagai santri Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari.
5. Menguasai Banyak Ilmu
Mbah Nawawi adalah sosok yang tak pernah puas dengan ilmu. Bukan hanya sosok yang ahli Al-Qur'an dan penghafal Al-Qur'an, tapi beliau menguasai ilmu keislaman yang lain. Beliau menguasai banyak cabang ilmu karena beliau menimba ilmu dibeberapa pondok pesantren.
Guru kami mendalami ilmu alat (nahwu, sharaf, balaghah dan mantiq) di pondok pesantren Lirap Kebumen yang diasuh oleh kiai Luqman. Selesai di pondok Lirap, Kiai Nawawi melanjutkan pendidikan di pondok Tugung Banyuwangi untuk mendalami berbagai macam ilmu syari'ah seperti tauhid, fikih, tashawwuf dan tafsir dinawah asuhan kiai Abbas. Usai dari pondok Banyuwangi, mbah Nawawi menghafal Al-Qur'an di pondok Al-Munawwir Krapyak asuhan KHR. Abdul Qadir Munawwir. Ilmu tentang qira'ah sab'ah (qira'at tujuh yang masyhur) beliau dapatkan dari mondok di Yanbu'ul Qur'an Kudus asuhan KH. Arwani Amin.
6. Ulama yang Istimewa
Simbah Nawawi adalah ulama yang istimewa karena memiliki kelebihan sejak mudanya sebagai santri. Beliau mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dalam waktu 15 bulan. Waktu yang terhitung sangat cepat dimasa itu. Beliau tak hanya hafal Al-Qur'an tapi menguasai ilmu varian bacaan Al-Qur'an dalam tujuh dialek yang disebut qira'ah sab'ah.
Karena kecepatan dalam menghafal itulah, guru dari Simbah Nawawi yakni KHR. Abdul Qadir Munawwir Krapyak memberikan amanah kepada Simbah Nawawi untuk menikahi adik sang guru yang bernama Hj. Walidah Munawwir. Kelak bersama istri tercinta inilah, Simbah Nawawi merintis pondok pesantren An-Nur, Ngrukem, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Tempat kami menimba ilmu.
Saat nyantri di Al-Munawwir, Simbah Nawawi ditugaskan oleh Kiai Ali Ma'sum untuk membantu dalam mengajar kitab Fathul Mu'in. Simbah Nawawi juga pernah diamanahi oleh KHR. Affandi Munawwir yakni pengganti kepemimpinan KHR. Abdul Qadir Munawwir karena wafat, untuk membimbing hafalan para santri bersama sahabat beliau, KH. Mufid Mas'ud (pendiri pondok pesantren Sunan Pandanaran).
Sanad keilmuan Simbah Nawawi sampai kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, tokoh pencetus berdirinya NU sehingga tidak diragukan lagi bahwa keilmuan Simbah Nawawi sampai kepada Rasulullah sebab Syaikhona Kholil memiliki sanad keilmuan yang sampai kepada Rasulullah.
Sanad keilmuan Simbah Nawawi sampai ke Syaikhona Kholil melalui jalur guru beliau yakni Kiai Abbas yang pernah ngangsu kaweruh pada Syaikhona Kholil. Jalur lain sanad Simbah Nawawi sampai ke Syaikhona Kholil melalui KH. Abdul Qadir Munawwir terus bersambung ke KH. Munawwir Krapyak yang juga merupakan santri dari Syaikhona Kholil dan KH. Soleh Darat Semarang. Begitupun sanad qiraah sab'ah Al-Qur'an Simbah Nawawi sampai ke Rasulullah melalui KH. Arwani Amin.
Menggambarkan sosok Simbah Nawawi, Kiai Muslim Nawawi (putra dari Simbah Nawawi) pernah dawuh pada santri dan alumni bahwa Simbah Nawawi adalah sosok yang mencapai maqam Rabbaniyyin. Mengutip dalam sebuah ayat:
Ù…َا Ùƒَانَ Ù„ِبَØ´َرٍ Ø£َÙ† ÙŠُؤْتِÙŠَÙ‡ُ ٱللَّÙ‡ُ ٱلْÙƒِتَٰبَ ÙˆَٱلْØُÙƒْÙ…َ ÙˆَٱلنُّبُÙˆَّØ©َ Ø«ُÙ…َّ ÙŠَÙ‚ُولَ Ù„ِلنَّاسِ Ùƒُونُوا۟ عِبَادًا Ù„ِّÙ‰ Ù…ِÙ† دُونِ ٱللَّÙ‡ِ ÙˆَÙ„َٰÙƒِÙ† Ùƒُونُوا۟ رَبَّٰÙ†ِÙŠِّÛ¦Ù†َ بِÙ…َا ÙƒُنتُÙ…ْ تُعَÙ„ِّÙ…ُونَ ٱلْÙƒِتَٰبَ ÙˆَبِÙ…َا ÙƒُنتُÙ…ْ تَدْرُسُونَ
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!”(QS. Ali Imran: 79)
Menurut KH. Muslim Nawawi, Simbah Nawawi dapat mencapai derajat Rabbaniyyin karena menguasai ilmu tentang rabb (ketuhanan) yakni dengan mempelajari kitab (Al-Qur'an) dan mengajarkannya. Ilmu Rabbaniyyin yang beliau dapatkan melalui proses yang panjang dalam pengembaraan ilmu pengetahuan dan spiritual. Menguasai banyak disiplin ilmu dan puncaknya adalah tashawwuf atau tariqah.
Dawuh KH. Muslim Nawawi, hendaknya kita semua bisa meneladani Simbah Nawawi, yakni tak cepat puas dengan satu disiplin ilmu. Jangan puas hanya dengan bisa menghafal Al-Qur'an namun juga penting untuk menguasai ilmu alat, ilmu fikih dan lainnya.
Diantara pesan hikmah yang pernah kami ingat dari Simbah Nawawi antaralain:
1. Seng jenenge wong penting iku wong kang mentingake kepentingane wong akeh (yang namanya orang penting itu adalah orang yang mementingkan kepentingan orang banyak).
2. Tirakate wong Qur'an iku nderes (tirakatnya penghafal Al-Qur'an itu mengulang-ulang hafalan).
3. Pengen lancah tapi ora gelem nderes iku jununu fununu (ingin lancar hafalan tapi tidak mau nderes/mengulang hafalan itu bagaikan orang gila).
4. Kulino alon biso cepet, kulino cepet ora biso alon (jika terbiasa membaca hafalan dengan pelan/tartil maka akan bisa membaca hafalan dengan cepat namun jika terbiasa membaca dengan cepat maka tidak akan bisa hafalan dengan pelan).
5. Kabeh santri kudu ngaji, nak ora ngaji yo mulang (semua santri harus mengaji, kalau tidak mengaji ya mengajar).
Demikian kisah hikmah dari Simbah Nawawi yang patut untuk kita teladani. Menggambarkan keteladanan Simbah Nawawi tentu tidak akan cukup dengan tulisan singkat ini. Semoga beliau selalu mendapat rahmat dan kemuliaan disisi Allah, poro dzurriyat senantiasa sehat wal afiat, dapat istiqamah melanjutkan kepemimpinannya dan kita semua khususnya para alumni yang tersebar diseluruh Nusantara dan Timur Tengah bisa mengikuti jejaknya.
Ditulis Oleh Suryono Zakka, Santri An-Nur
Barakallah semoga kita dapat meneladani beliau
ReplyDelete