Gua Hira Tempat Bersejarah Turunnya Wahyu Pertama Kepada Nabi Muhammad SAW. - Muhibbin Pecinta Ulama

Terbaru

Home Top Ad

Pasang Iklan Hub, WA 082198421327

Post Top Ad

Pasang Iklan Hub, WA 082198421327

Wednesday, February 17, 2021

Gua Hira Tempat Bersejarah Turunnya Wahyu Pertama Kepada Nabi Muhammad SAW.

Gua Hira merupakan gua kecil yang berukuran lebar 1,75 hasta (80 cm) dan panjang 4 hasta (180 cm) dengan ukuran dzira’ hadid (ukuran hasta dari besi).

Beliau, Baginda Rasululloh SAW yg waktu itu mendekati usia 40 tahun pun mulai sering uzlah (mengasingkan diri) dari kaumnya. Beliau biasa bertahannuts di Gua Hira yang terletak dibukit Jabal Nur, yang berjarak kurang lebih 5 km dari masjidil haram. Ada lebih dari 1.000 anak tangga yang harus ditapaki untuk sampai di Gua Hira. Sungguh perjalanan berat yg membutuhkan tenaga juga fisik kuat untuk melalui dan sampai ditempat tersebut.

Beliau banyak merenungi keadaan kaumnya dan menyadari banyak keadaan kaumnya tidak sejalan dengan kebenaran. Beliau tinggal di dalam gua tersebut selama bulan suci Ramadhan. Beliau menghabiskan waktu untuk beribadah dan banyak merenungi kekuasaan Allah di alam semesta yang begitu sempurna.

Selama perenungan itu juga beliau semakin menyadari keterpurukan kaumnya yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik. Namun ketika itu beliau belum memiliki jalan yang terang dan yang jelas mengenai bagaimana jalan yang harus ditempuh.

Ketika usia beliau genap 40 tahun, tanda-tanda kenabian semakin nampak dan bersinar. Diantaranya ada sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada beliau. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ

“Sungguh aku mengetahui sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus (menjadi Nabi). Dan aku masih mengenalkan sampai sekarang” (HR. Muslim)

Kemudian diantara tanda lainnya adalah mimpi-mimpi beliau semakin jelas, yang disebut dengan ru’ya ash shalihah atau ru’ya ash shadiqah. Dan ini merupakan salah satu tanda kenabian. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ

“Mimpi yang benar adalah salah satu dari 46 tanda kenabian” (HR. Muslim)

Ketika uzlah beliau memasuki tahun ketiga, tepatnya di bulan Ramadhan, Allah SWT menakdirkan ketika itu turun wahyu pertama kepada beliau dan diangkatnya beliau menjadi Nabi. Malaikat Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu pertama.

Pendapat pertama, yaitu ayat pertama yang turun adalah surat Al -Alaq : 1-5, Sebagaimana keterangan dari Aisyah Ra, beliau menyebutkan:

“Awal turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW dimulai dengan ar ru’ya ash shadiqah (mimpi yang benar dalam tidur). Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi rasa ingin untuk menyendiri. Nabi pun memilih gua Hira dan bertahannuts. Yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya untuk mempersiapkan bekal untuk ber-tahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hira. Malaikat Jibril datang dan berkata: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)” (HR. Bukhari & Muslim)

Pendapat kedua, yaitu ayat kedua yang turun adalah Surat Al-Mudatsir : 1–3. Berdasarkan keterangan dari Jabir bin Abdillah Ra, mengatakan: tidak akan aku kabarkan kecuali apa yang disabdakan Rasulullah SAW, beliau bersabda:

 “Aku berdiam diri di gua Hira’, ketika selesai berdiam, aku pun beranjak turun (keluar). Lalu ada yang menyeruku, aku pun melihat ke sebelah depan dan belakangku dan ke sebelah kanan dan kiriku. Ternyata, (yang memanggilku) ia duduk di atas Arasy antara langit dan bumi. Lalu aku bergegas mendatangi Khadijah lalu aku berkata, ‘Selimutilah aku. Dan tuangkanlah air dingin pada tubuhku’. Lalu turunlah ayat: ‘Yaa ayyuhal muddatsir, qum fa-anzhir warabbaka fakabbir (Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatakan. Dan Tuhan-mu, agungkanlah)." (HR. Bukhari)

Pendapat ketiga, yaitu ayat ketiga yang turun adalah surat Al-Fatihah. Dalam sebuah riwayat:

"Dari Abu Ishaq dari Abu Maysarah ia berkata, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar suara (gaib) beliau pun pergi dalam keadaan takut. Kemudian beliau menyebutkan tentang datangnya Malaikat dan menyampaikan: Alhamdulillahi rabbil ‘alamin… sampai akhir surat." (dinukil dari Al Burhan fi Ulumil Qur’an, 207).

Dari ketiga pendapat ini adalah, dapat disimpulkan bahwa ayat yang pertama kali turun itu berupa perintah, sedang ayat yg kedua berupa tabligh (menyebarkan Islam). Lalu diayat yg ketiga berupa surat secara sempurna yaitu Surat Al-Fatihah (Fatihatul kitab/Ummul kitab).

Setelah menerima wahyu di gua Hira, beliau Nabi SAW kembali ke rumah Khadijah. Beliaupun pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah Khadijah. Kemudian Nabi berkata kepadanya: Selimuti aku, selimuti aku. Maka Khadijah pun menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kemudian Nabi bertanya: ‘wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku ini?’. Lalu Nabi menceritakan kejadian yang beliau alamai kemudian mengatakan, ‘aku amat khawatir terhadap diriku’. Maka Khadijah mengatakan, ‘sekali-kali janganlah takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang menegakkan kebenaran.

Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal, ia adalah saudara dari ayahnya Khadijah. Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Maka disalinnya Kitab Injil dalam bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat ditulis. Namun usianya ketika itu telah lanjut dan matanya telah buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah, “wahai paman. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini”. Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas dirimu?”. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Waraqah berkata, “(Jibril) ini adalah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu”. Nabi bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab, “Ya, betul. Tidak ada seorang pun yang diberi wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Jika aku masih mendapati hari itu niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya”. Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia” (HR. Al Bukhari)

Masa Fatrah, Tidak Ada Wahyu Yang Turun

Setelah wahyu pertama turun, setelah itu wahyu berhenti turun untuk beberapa waktu. Masa-masa tidak ada wahyu yang turun ini disebut dengan masa fatratul wahyi. Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan:

“Telah sampai informasi kepada kami bahwa masa fatrah terjadi begitu lama hingga Rasulullah SAW bersedih hati. Yang ini membuat beliau berulang kali berlari kencang ke atas bukit untuk melompat. Setiap kali beliau sampai ke atas bukit, malaikat Jibril menampakkan diri dan berkata: ‘wahai Muhammad, engkau adalah benar-benar Rasulullah’. Sehingga hati dan jiwa beliau menjadi tenang.” (HR. Al Bukhari)

Ibnu Katsir menyebutkan, sebagian ulama mengatakan bahwa rentang waktu rentang waktu fatratul wahyi adalah 2 tahun atau 2,5 tahun. Dan sebagian ulama juga ada yang berpendapat fatratul wahyi hanya beberapa hari saja.

Lalu setelah berakhir masa fatratul wahyi, turunlah wahyu kedua yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1 sampai 7, sebagaimana yang ada dalam hadits Jabir Ra spti diatas.

Dengan demikian, beliau diangkat menjadi seorang Rasulullah. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam matan Tsalatsatul Ushul mengatakan:

نبئ باقرأ وأرسل بالمدثر

"Beliau diangkat menjadi Nabi dengan “Iqra’” dan diangkat menjadi Rasul dengan ‘Al- Mudatsir."

Wallahu A'lam Bishshowab

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pasang Iklan Hub, WA 082198421327

Pages