Santri juga manusia, ada yang baik dan ada yang bengal alias nakal, tapi kenakalan santri tidak senakal preman yang ada di terminal-terminal. Sebut saja Samson, dia santri yang sangat bengal alias nakal, dari kenakalannya itu, dia sering dipanggil oleh Kyainya, tapi tidak kapok-kapok, kenakalnnya masih sering dilakukan, padahal kalau dipanggil pasti dia dikenai hukuman, mungkin sudah merupakan watak dan tabi’atnya. Kebengalan Samson antara lain, umpama ada cewek yang berjalan didepan Pondoknya serta berpakaian pendek dan ketat, maka dialah yang bikin rame Pondok dengan teriak-teriak “cewek....cewek ...... suit....suit ..... ” suara siulnya, dia paling sanang menggoda cewek yang berpakaian minim alias yang auratnya terumbar. Dan juga, bila memasuki malam, mungkin sekitar jam dua belasan dia pergi keluar Pondok mencari kayu bakar untuk dibuat acara masakmasakannya atau mayoran istilah santri menyebutnya, sedangkan kayu yang diambil itu biasanya kayu pagar milik penduduk yang terletak tidak jauh dari Pondoknya, dia melakukan hal itu hampir setiap dia mau mayoran, karuan saja salah satu penduduk yang merasa dirugikan karena pagarnya ada yang merusak, marah-marah “ini ulah siapa lagi sih ..... yang sering merusak pagarku ?....” serta kata-kata lain yang mencemooh pelaku pengrusakan pagar tersebut.
Dan lagi atas kebengalannya, dia di Pondok sering didatangi tukang becak yang tidak lain kedatangannya untuk bertemu dengan Samson. Pasalnya kalau acara film di bioskop bagus, Samson selalu aktif menghadirinya. Pikir dia, rugi kalau Elm yang bagus itu dilewati begitu saja, tapi sayangnya kalau dia nonton fllm dia selalu membawa uang pas yang hanya bisa untuk transport pergi dan membeli karcis bioskopnya saja dan untuk pulang dia harus ngebon sama tukang becak, dia punya tukang becak langganan sebut saja Amin namanya, dua orang itu sudah saling mengenal karena keduanya sudah jadi pelanggan.
Samson : Mang Amin ........ ke Pondok berapa ? .....
Amin : Biasa boss.....(panggilan tukang becak sama pelanggannya).
Samson : Tapi aku tidak bawa uang, ngebon dulu ya ....... ?
Amin : Oke....deh boss...! !, ayo cepat naik.
Samson pun langsung naik becak dengan ongkos ngebon, dari situlah di Pondok Samson sering didatangi abang-abang becak.
Juga kenakalan Samson lagi, dia kalau malam bukannya belajar atau sholat tahajjud, tapi dia malah bernyaanyi dengan diringi alat musik seadanya, seperti ember yang biasa digunakan untuk membasuh, dia dengan sesuka hatinya bernyanyi-nyanyi tanpa menghiraukan teman kamarnya atau tetangga kamarnya yang sedang tidur lelap, lagu yang sering dinyanyikan adalah lagu rock barat, jadi makin seru saja nyanyinya sampai suara itu terdengar oleh Kyainya “siapa malam-malam begini bikin berisik ?”, tanya Kyai pada salah satu santrinya “Samson, Pak Kyai” jawab santri, “Ooh.…jadi ulah dia lagi”, sahut Kyai, “panggil dia suruh menghadapku !!” perintah kyai pada santri tersebut.
Atas 'perintah .Kyai, akhirnya santri itu memanggil Samson untuk menghadap Kyai. Samson pun menghadap Kyai dengan tanpa merasa takut, karena sudah terbiasa, “paling-paling dimarahi..., disuruh memijiti” pikir dia. Ternyata tepat dugaan Samson itu, dia dimarahi, dinasehati dan disuruh memijiti, walau sudah berulang kali dimarahi, dasar Samson anak nakal, dia selalu mengulangi kenakalannya itu.
Masih banyak lagi kebengalan Samson, yang mana sebab kenakalannya itu dia selalu mendapat hukuman, dengan hukuman berupa memijiti Kyai hingga sampai Kyai tertidur, tapi dia menjalani hukuman itu dengan hati yang ikhlas karena sudah sepantasnya menerima hukuman, pikirnya.
Dalam proses penghukuman, dia itu sering dapat nasehat, wejangan ilmu dan cerita-cerita orang dulu yang mengandung tauladan yang baik.
Akhirnya Samson sekarang menjadi Kyai dan juga berwibawa, dia sendiri merasa aneh yang terjadi sekarang pada dirinya, sebab dia itu sosok santri yang bendel yang selalu bikin ribut semasa jadi santri, tapi sekarang malah jadi Kyai, tapi dia memprediksikan bahwa dia bisa jadi Sperti yang dirasakan sekarang ini karena atas keikhlasan menjalani hukuman demi mendapatkan ridlo seorang guru.
Ridlo seorang guru itu sangat penting bagi kita yang menuntut ilmu dan menginginkan ilmu manfaat bagi nusa dan bangsa atau paling tidak manfaat untuk dirinya sendiri. Hal seperti ini (pentingnya ridlo sang guru) dialami oleh muridnya Sunan Kalijaga yaitu Syekh Tembayat, sewaktu pertama kali beliau nyantri pada Sunan Kalijaga, bukannya diajarkan ilmu agama akan tetapi disuruh menggarap sawah dan membersihkan solokan-solokan sampai waktu dua tahun beliau menjalaninya dengan hati yang ikhlas demi mendapatkan keridloan seorang guru, setelah beliau selesai menjalani tugas dari gurunya selama dua tahun, entah ada keajaiban apa pada dirinya, beliau menjadi alim dalam ilmu agama dan tidakhanya itu saja, beliau juga mendapatkan kedudukan kewalian.
Diceritakan juga, kisah Sunan Kalijaga sewaktu nyantri pada Sunan Bonang, sewaktu awal beliau nyantri, bukannya diajari ilmu, malai menjaga sungai selama tiga tahun, beliau didatangi Sunan Bonang ketika seorang guru bertemu dengan muridnya ditepi sungai ada keajaiban, pintu langit yang terpenuhi ilmu Sunan Kalijaga jadi alim dalm Ilmu agama, bukan hanya itu, beliaupun menjadi salah satu Wali dari wali sembilan, yang sekarang terkenal dengan sebutan Wali Songo.
HIKMAH
Hikmah yang bisa diambil dari cerita diatas :
- Santri juga manusia, adakalanya yang bengal dan adakalanya tidak.
- Kebengalan santri tidak seperti kebengaian preman-preman pada umumnya, meskipun ada sebagian preman yang tidak bengal.
- Ridlo seorang guru sangat penting bagi santri yang menginginkan ilmu yang bermanfaat.
No comments:
Post a Comment