"Di dalam tubuh Nahdlatul Ulama' sejak berdiri, sosok Haji Hasan Gipo tidak dapat di tinggalkan dalam sejarah NU, beliau menjadi ketua Tanfidziyah yang pertama. Beliau terlahir dari keluarga yang cukup kaya, dengan harta melimpah beliau samakin tawadlu' dan menggunakannya untuk membantu para ulama' lebih-lebih untuk kejayaan Nahdlatul Ulama' (NU)"
H. Hasan Gipo menjabat Ketua Tanfidziyah 1926-1952 Di teruskan oleh: KH. Idham Chalid.
- Nasab H. Hasan Gipo
H. Hasan Gipo lahir di Kampung Sawahan tahun 1869 M. di Jalan Ampel Masjid, kini menjadi Jalan Kalimas Udik. suatu tempat tinggal di kawasan perdagangan elite di Ampel yang bersebelahan dengan pusat perdagangan di Pabean, sebuah pelabuhan sungai yang berada di tengah kota Surabaya yang berdempetan dengan Jembatan Merah. Di nasti Gipo ini di dirikan oleh H. Abdul Latif Sagipoddin (Tsaqifuddin) yang di singkat Gipo.
Nama lengkap Hasan Gipo adalah Hasan Basri, beliau merupakan keturunan keluarga dari marga "Gipo" sehingga nama Gipo di sematkan di belakang nama Hasan. Nama "Gipo" sendiri sebenarnya singkat kata dari "Sagipoddin" dari bahasa Arab Saqifuddin, saqaf (pelindung) dan ad Din (agama) H. Hasan Gipo adalah sosok saudagar kaya yang bernasab darah Arab, Bugis dan Jawa beliau masih keturunan H. Abdul Latif Sogipoddin yang terkenal kaya raya dan sangat dermawan lebih-lebih dalam mentasharutkan hartanya untuk dakwah Islam seperti membangun masjid dll.
nasab H. Hasan Gipo generasi kelima dari di nasti Gipo yaitu:
- Hasan Gipo beliau putra dari:
- Marzuqi Gipo beliau putra dari:
- Alwi Gipo beliau putra dari:
- Turmudzi Gipo beliau putra dari:
- H. Abdul Latif Gipo (Sagipoddin).
H. Hasan Gipo adalah sosok yang terlahir dari keluarga yang berada sehingga beliau berkesempatan mendapat pendidikan yang tinggi di saat itu, bahkan konon beliau menguasai bahasa Belanda di samping itu beliau mengeyam pendidikan pesantren di sekitar Surabaya, meskipun didikan sekolah umumnya ala Belanda namun jiwa santrinya sangat mengakar kepada kepribadiannya.
- Sekilas riwayat H. Abdul Latif (Pendiri marga Gipo).
Ketika H. Abdul Latif sudah menjelang dewasa beliau menikah dara ayu yang bernama Tasirah anak saudagar Cina yang kaya raya. Dengan modal besar dari mertuanya beliau bisa melakukan impor beras sendiri, perjalanannya ke luar negeri semakin memperbesar rekan bisnisnya, beberapa pengusaha dari Pakistan, Arab, Persia dan India di gandeng sehingga semakin memperbesar volume ekspornya selain itu juga mulai melakukan diversifikasi usaha dengan mengimpor tekstil dari India. Sehingga beliau menjadi pengusaha yang tajir dan sukses walaupun beliau pernah mengalami beberapa kendala namun beliau tetap tegar dan bisa Berjaya kembali.
Banyak sekali ulama yang di undang kerumahnya sebab H. Abdul Latif Sagipoddin sangat senang dengan ulama yang berkunjung ke rumahnya beliau sangat senang dengan ulama
ketika mereka pulang di beri berbagai sumbangan dll.
- Ketua Tanfldziyah PBNU (1926)
Marga dan keluarga H. Hasan Gipo sangat di hormati di kalangan orang Surabaya dan sekitarnya, boleh di istilahkan keluarga dan marga Gipo saat itu memiliki pengaruh yang kuat terutama masalah jiwa sosial terhadap agama dan masyarakat lemah.
Setelah Nahdaltul Ulama' di dirikan pada 16 Rajab 1344 H. (31 Januari 1926) di kota Surabaya kemudian organisasi Islam ini di bentuk kepengurusan pusat sebagai berikut: KH. Hasyim Asy'ari menjadi Rois Akbar, KH. Faqih Maskumambang sebagai wakilnya, KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib Aam sedangkan ketua T anfidziyah di jabat H. Hasan Gipo Sedangkan wakilnya adalah H. Shaleh Syamil Surabaya. Ketua Tanfidziyah bertugas sebagai orang yang paling bertanggung jawab sebagai pelaksana yang datang dari Syuriah atau di sebut sebagai pelaksana tugas dari Syuriah.
Berdasarkan informasi yang di himpun dari berbagai sumber bahwa di masa awal NU tahun 1926, KH. Hasyim Asy'ari berduet dengan H. Hasan Gipo atau Hasan Basri kemudian KH Hasyim Asy'ari wafat pada tahun 1947 dan di gantikan oleh KH. Wahab Hasbullah dan KH Wahab Hasbullah berduet dengan H. Hasan Gipo sampai tahun 1952 M. Ketua Umum Tanfidziyah NU kemudian di ganti oleh KH. Idham Chalid (Kalimantan Selatan).
Penunjukan H. Hasan Gipo sebagai Ketua Tanfidziyah NU Pertama mendapati perlakuan khusus, seperti halnya terbentuknya NU waktu itu. Pasalnya sosok H. Hasan Gipo ini merupakan sosok yang limited edition, dimana beliau menguasai ilmu umum yang didapatinya sewaktu mengenyam pendidikan di Belanda dan juga beliau dikenal sebagai satu-satunya orang dari komunitas K.H Wahab Hasbullah yang cakap dan terampil dalam membaca dan menulis tulisan latin. Beliau pun akrab dengan masyarakat di sekelilingnya.
Penunjukan H. Hasan Gipo sebagai Ketua Tanfidziyah NU Pertama mendapati perlakuan khusus, seperti halnya terbentuknya NU waktu itu. Pasalnya sosok H. Hasan Gipo ini merupakan sosok yang limited edition, dimana beliau menguasai ilmu umum yang didapatinya sewaktu mengenyam pendidikan di Belanda dan juga beliau dikenal sebagai satu-satunya orang dari komunitas K.H Wahab Hasbullah yang cakap dan terampil dalam membaca dan menulis tulisan latin. Beliau pun akrab dengan masyarakat di sekelilingnya.
K.H.Hasyim Asya’ri dipilih sebagai Rois Akbar Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) dengan K.H. Wahab Hasbullah sebagai Katib ‘Am. H. Hasan Gipo menjabat kurang lebih 3 tahun dan pada muktamar ke-3 di Semarang K.H. Noor dari Sawah Pulo, Surabaya menggantikanya. Sebagai ketua Tanfidziyah, beliau bersama K.H. Hasyim Asya’ri, NU menunjukan diri sebagai gerakan sosial yang lebih dari sekedar usaha mempertahankan tradisi dari serangan kaum modernis, terutama yang tinggal di Surabaya pada tahun 1910-an yang didalangi oleh pedagang Minangkabau bernama Faqih Hasyim.
H. Hasan Gipo sosok yang kaya raya dan dermawan beliau bertugas penggali dana bahkan sumbangan beliau sendiri sangat besar untuk keberangkatan urusan Komite Hijaz yang akan menghadap Raja Abdul Aziz bin Saud guna menyampaikan hasil kesepakatan ulama' NU di Indonesia agar umat Islam yang ada di Tanah Suci Makkah Madinah di beri kebebasan memakai empat Madzhab yang selama mi mereka jalankan. Serta memberi kebebasan kepada ulama' Sunni mengajar di Masjidil Haram sebagaimana terdahulu di masa di nasti Raja Syarif Husein utusan yang berangkat kesana adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah dan Syaikh Achmad Ghanaim Al Mishri.
Walaupun sebagai pengurus NU H. Hasan Gipo tetap mengembangkan bisnisnya bahkan kemudian juga di kembangkan ke sektor properti, beliau banyak memiliki perumahan, pertokoan dan pergudangan yang kemudian di sewakan, saat itu kebutuhan terhadap sarana bisnis sangat tinggi, karena itu tingkat hunian propertinya juga tinggi, sehingga beliau bisa menyumbang banyak ke NU.
- Adu keberanian dengan Muso (Pemimpin PKI)
H. Hasan Gipo adalah tokoh Nahdlatul Ulama' yang pemberani contoh kecil:
Suatu kesempatan antara KH. Abdul Wahab Hasbullah dengan Muso yang merupakan di antara tokoh PKI (partai komunis Indonesia) sedang melakukan sebuah perdebatan tentang masalah adanya tuhan, sudah banyak argumen yang telah di sampaikan KH. Abdul Wahab Hasbullah namun karena Muso adalah orang Atheis yang percaya tidak ada tuhan, maka beberapa hujjah yang diSampaikan kepadanya tidak mempan menaklukkannya, di saat serius dua tokoh ini berdebat, maka H. Hasan Gipo menengah- nengahi.
Kemudian H. Hasan Gipo adu keberanian dengan Muso dengan cara siap di tabrak kereta api. Karena rasa gengsinya untuk mempertahankan pendapatnya maka Muso menyanggupi tantangan tersebut, akan tetapi, saat keduanya sudah di atas rel, dan suara kereta api sudah semakin dekat, karena takutnya akan sebuah kematian, akhirnya Muso melarikan diri. Dengan cara tersebut H. Hasan Gipo telah mengalahkan pendapat Muso yang mengatakan tuhan tidak ada. Seandainya Tuhan tidak ada bagi Muso, mestinya dia tidak akan lari ketika kereta api mau menabraknya.
- Aktivitas setelah tidak menjabat.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai ketua Tanfldziyah PBNU, H. Hasan Gipo kembali mengembangkan bisnisnya, sehingga semakin besar, sebagian hasil keuntungannya tetap disumbangkan pada NU dan pesantren. sebab Pasa masa rintisan NU membutuhkan banyak danq, apalagi saat itu Muktamar di laksanakan setiap tahun sekali, maka pasti H. Hasan Gipo tergerak untuk membantu pendanaan Muktamar NU setiap kali di laksanakan.
Kegiatan beliau sebagai donaturt NU teras berlanjut hingga beliau menjelang wafat.
Beliau dikaruniau tiga orang anak yang kemadian melanjutkan usaha bisnisnya dan sekaligus sebagal penerus dinasti Gipo. Tiga anak behau adalah:
- Ahmad Gipo
- Muhammad Gipo
- Halimah gipo
- H. Hasan Gipo wafat.
Beliau wafat pada tahun 1934 di makamkan di komplek pemakaman Sunan Ampel dalam pemakaman khusus keluarga Sagipoddin (marga Gipo) yang terletak di sisi depan (utara) masjid peninggalan Sunan Ampel.
Wallahu a'lam bisshowab
No comments:
Post a Comment