Menghormati Kitab ....Jadi Ustadz - Muhibbin Pecinta Ulama

Home Top Ad

Pasang Iklan Hub, WA 082198421327

Post Top Ad

Friday, July 12, 2019

demo-image

Menghormati Kitab ....Jadi Ustadz

Pasang Iklan Hub, WA 082198421327


Kitab+Kuning

ALKISAH
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang miskin, sebut saja Anto namanya. Rumah Anto berada tidak jauh dari kompleks salah satu Pondok Pesantren di Desanya, sehingga perilaku keseharian santri praktis tidak pernah luput dari perhatian dan pantauan Anto. ”Enak bener ya jadi santri hidupnya glamour, tidak pernah bekerja tapi duitnya cukup banyak, tiap hari hanya plesiran dan belanja.. ” kata Anto dalam hati.Entah syetan apa yang menggoda, tiba-tiba suatu hari Anto punya pikiran jahat ”Aku akan mencuri hartanya santri supaya keluargaku bisa makan!”.Dan pada suatu malam yang sudah direncanakan, Anto mengendap-endap menuju kamar salah seorang santri yang terletak dideretan paling ujung Pondok Pesantren itu. Amat kebetulan sekali karena kamar tersebut ternyata kosong...disebabkan penghuninya tidur diluar (dijerambah). Setelah memilah dan memilih barang yang akan dicuri, Anto memilih dan mengambil sebuah k0por kaleng yang berada didekat pintu. ”Ini agak berat, tentu banyak isinya” pikir Anto. Situasi kala itu kebetulan hujan deras, suara gemuruh bersahutan, amat membantu Anto dalam menjalankan aksinya. Dengan langkah yang ekstra hati-hati, Anto mengangkat kopor itu diatas kepalanya, kemudian kabur menuju rumahnya. rumah Anto dekat dengan kompleks pondok, tapi karena hujan sangat besar, praktis barang curiannya (kopor yang pada masa 1tu masih terbuat dari kaleng) menjadi basah kemasukan air hujan.

Sesampainya dirumah, dengan harap-harap cemas kopor itu dibukanya dan saat dibuka ternyata isinya hanyalah kitab-kitab yang sudah basah karena kehujanan. ’Ah... Sialan banget aku lngin duit, dapatnya kitab. Tapi aku Jadi ingat pesan orang tuaku dahulu, jika ada lembaran-lembaran kitab berserakan dijalan atau dimana saja, harus segera dipungut lalu diletakkan ditempat yang aman supaya tidak diinjak orang, karena dengan menghormati kitab itu berarti juga menghormati penyusunnya, yang tentunya orang Alim, orang pandai.... Aku harus memuliakan kitab, aku harus segera mengembalikan kitab-kitab ini kasihan santri... hendak mengaji tidak ada kitabnya. Tapi bagaimanakah cara mengembalikannya jika kitabnya basah semua? Sudahlah... besok akan kujemur semua kitab ini diatas genteng, supaya cepat kering, setelah itu baru akan aku kembalikan ! ”, kata Anto ngomong sendirian kayak orang edan, Bertepatan dengan itu, terjadilah peristiwa menggemparkan... yaitu adanya kematian seorang ulama yang blasa mengajari anak-anak pejabat di Pendopo Kawedanaan. Pak Wedana merundingkan siapa penggantinya, lalu akhirnya diputuskan bahwa beliau segera mengutus salah seorang stafnya untuk mencari lain yang akan menggantikan Ulama  yang meninggal itu, yang nantinya akan ditugasi untuk mengajari anak-anaknya mengaji.
Karena stafnya tidak tahu dan kurang berpengalaman dalam masalah ini, maka bertanyalah ia kepada Pak Wedana ”Pak, Ciri-ciri ulama itu bagaimana?”. Pak Wedana menjawab sekenanya ”Cirinya adalah dirumahnya banyak kitab, itu saja!”.

Setelah lama mencari kesana kemari, sampailah staf Wedana itu didepan rumah Anto yang kebetulan sekali diatas genteng rumahnya banyak bertebaran kitab-kitab basah yang lagi dijemur. Tanpa ba bi bu, Anto langsung digelandang ke Pendopo Kawedanan untuk dihadapkan kepada Pak Wedana serta dibaiat menjadi ustadz yang ditugasi mengajar ngaji bagi putera-puteri pegawai Kawedanan. Dasar Anto otaknya encer... walaupun dia sama sekali tidak bisa mengaji, namun dia tutupi kelemahan itu dengan berpura-pura bisa ngaji dan bersikap tenang. Ternyata Anto punya rencana lain untuk menutupi kebodohannya...

Dipanggilnya satu-satu anak asuhannya serta disuruh mengulangi membaca hasil pengajian yang sudah diajarkan oleh pendahulunya. Anak-anak itu satu persatu membaca ”Oh ini bacanya begini, oh ini yang namanya alif, ini ba, yang begini namanya syin dan seterusnya” pikir Anto dalam hati. Anto kemudian berkata dengan suara lantang ”Karena kalian masih kurang lancar, ngajinya diakhiri sekian dahulu, besok kita teruskan lagi, tentunya jika kalian sudah lancar ya?”.

Selesailah tugas Anto hari itu. Antopun pulang... dalam perjalanan pulang Anto tidak hentihentinya memeras otak untuk mensiasati bagaimana supaya sandiwaranya (pura-pura jadi ustadz beneran) tidak diketahui oleh Pak Wedana, karena ini sangat riskan dan berbahaya jika ulahnya ketahuan… bisa gawat, bisa-bisa dihukum pancung!.

”Aku harus betul-betul belajar, aku harus bisa ngaji minimal yang sama dengan yang dipelajari oleh anak didikku, agar aku tidak kecele dan tidak dibikin malu, aku harus jadi ustadz sungguhan!” tekad Anto didalam hati.

Benar juga...karena tekad, ketekunan dan keinginannya yang menggebu-gebu itu, akhirnya Anto betul-betul menjadi Ustadz. Beralihlah profesinya dari seorang pencuri menjadi seorang ustadz yang bertugas mengajari ngaji anak-anak pembesar di Kawedanan ....... Selamat ya Anto! itulah yang namanya hidayah!

HIKMAH 
Hikmah yang bisa di ambil dari cerita tadi yaitu : 
  1. Orang jahat bisa saja jadi orang baik di kemudian hari.
  2. Timbulnya hidayah tidak hanya dari perbuatan baik saja, bisa timbulnya hidayah dari hal yang tidak baik.
  3. Walaupun orang jahat kadang masih punya rasa kasihan pada orang lain atau makhluk lain.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages